Rabu, 27 Februari 2013

MAKALAH PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN GURU “Guru Dan kepemimpinan “



MAKALAH
PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN GURU
“Guru Dan kepemimpinan “
tugas ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengembangan kepribadian guru yang berjudul “ Guru dan kepemimpinan ”


Dibuat oleh kelompok 10 :
Yulia syarifah              1211202271



UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG 2012

BAB I
PENDAHULUAN


Soekanto (2003: hal. 288) mendefinisikan kepemimpinan sebagai “…kemampuan
seseorang (yaitu pemimpin atau leader) untuk mempengaruhi orang lain (yaitu
yang dipimpin atau pengikut-pengikutnya).
Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama. Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Fungsi pemimpin dalam suatu organisasi tidak dapat dibantah merupakan sesuatu fungsi yang sangat penting bagi keberadaan dan kemajuan organisasi yang bersangkutan.
Sedangkan  guru yang profesional sebagai “guru yangmemiliki keahlian, tanggung jawab, dan rasa kesejawatan.” Yang dimaksud dengan ‘memiliki keahlian’ adalah memiliki kompetensi yang layak untuk menjadi guru. Kompetensi di sini diartikan sebagai keseluruhan pengetahuan,sikap, dan keterampilan yang diperlukan oleh seseorang dalam kaitan dengan tugas seorang guru. Berkenaan dengan tanggung jawab, guru dalam menjalankan segala aktivitasnya terutama aktivitas profesionalnya haruslah disertai rasa tanggung jawab terhadap Allah SWT, bangsa dan negara, lembaga tempat mengabdi, organisasi profesi, dan kode etik jabatannya. Adapun yang dimaksud dengan rasa kesejawatan adalah satu perwujudan solidaritas kebersamaan sesama guru sebagai sumber dinamika kebersamaan dalam mencapai tujuan bersama.
Untuk itu, kami membuat makalah ini yang berjudul tentang “ GURU DAN KEPEMIMPINAN  “ sebagai bahan ajar mata kuliah dan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah pengembangan kepribadian guru.  dan  Apabila ada penulisan yang kurang efektif mohon dosen bisa memaklumunya






BAB II
PEMBAHASAN

A.      PENGERTIAN
Secara luas definisi kepemimpinan dikemukakan oleh Yukl (1989:4-5). Ia menyatakan bahwa kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya.
Surya (2003: 141) mendefinisikan guru yang profesional sebagai “guru yang memiliki keahlian, tanggung jawab, dan rasa kesejawatan.” Yang dimaksud dengan ‘memiliki keahlian’ adalah memiliki kompetensi yang layak untuk menjadi guru. Kompetensi di sini diartikan sebagai keseluruhan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan oleh seseorang dalam kaitan dengan tugas seorang guru. Berkenaan dengan tanggung jawab, guru dalam menjalankan segala aktivitasnya terutama aktivitas profesionalnya haruslah disertai rasa tanggung jawab terhadap Allah SWT, bangsa dan negara, lembaga tempat mengabdi, organisasi profesi, dan kode etik jabatannya. Adapun yang dimaksud dengan rasa kesejawatan adalah satu perwujudan solidaritas kebersamaan sesama guru sebagai sumber dinamika kebersamaan dalam mencapai tujuan bersama.

B.      FUNGSI KEPEMIMPINAN

Al Muchtar (2001: hal. 252) menyebutkan sejumlah fungsi kepemimpinan, yakni: perencanaan, pemikir, organisator, dinamisator, koordinator, pemegang amanah, pengawas, penengah, pemersatu, pendidik, pembimbing, dan pelapor. Selanjutnya Al Muchtar mengungkapkan bahwa untuk dapat menjalankan fungsi-fungsi tersebut, pemimpin haruslah memiliki tiga keterampilan, yaitu:

1.      echnical skills (penguasaan organisasi mulai dari prosedur kerja sampai evaluasi hasil    
karya);
2.      conceptual skills (merumuskan gagasan atau menjelaskan keadaan rumit ke dalam
bentuk yang mudah dipahami oleh anggota kelompoknya),
3.      human skills (hubungan sosial dan bekerja sama, dan lain-lain.

Pemimpin dalam melaksakan fungsi kepemimpinannya itu memiliki gayagaya tertentu. Gaya-gaya tersebut biasanya khas dan dapat diklasifikasikan ke dalam tiga, yaitu: otoriter, demokratis, dan laissez faire. Gaya kepemimpinan otoriter adalah suatu gaya kepemimpinan dimana pemimpin merupakan penentu segala aktivitas dalam kelompok termasuk standar-standarnya. Para anggota tidak diajak untuk berpartisipasi dalam proses penentuan/pengambil keputusan tentang segala sesuatu dalam organisasi. Gaya kepemimpinan demokratis menghendaki adanya partisipasi aktif dari anggota-anggotanya dalam organisasi termasuk dalam penentuan kebijakan yang diambil dalam organisasi. Sedangkan kepemimpinan laissez faire bersifat pasif. Pemimpin menyerahkan sepenuhnya segala sesuatu dalam organisasi pada para anggotanya termasuk dalam hal-hal yang bersifat strategi seperti penentuan arah organisasi.

C.      GURU DAN KEPEMIMPINAN

Kepemimpinan guru dalam pendidikan amat berpengaruh dalam menghasilkan out put yang berprestasi, baik akademik maupun non akademik. Sekarang ini, kiprah guru sebagai teladan seolah luluh oleh keegoisan anak didik, pengaruh kemajuan teknologi, dan juga keapatisan guru. Andai kata setiap guru menjalankan lima jenis kepemimpinan dalam pendidikan, maka guru akan menjadi pahlawan abadi di hati anak didik. Lima hal yang harus dimiliki guru sebagai pemimpin pendidikan yaitu :
1.      menjadi pemimpin yang disukai,
2.      dipercaya,
3.      mampu membimbing,
4.       berkepribadian,
5.      serta abadi sepanjang zaman.

Ki Hajar Dewantara merupakan salah satu contoh sosok yang berdedikasi sebagai guru, pendidik, pembimbing dan pejuang yang hingga hari ini terus terpatri dan abadi di masyarakat Indonesia. Sebagai sosok yang disukai dan menyukai siswa, seorang guru secara fisik hendaknya bisa menyenangkan hati siswa. Ini bisa dimulai dari cara berpakaian, berbicara, dan tidak pelit bercanda ria. Kadang juga perlu bagi seorang guru untuk berbagi cerita dengan siswa sehingga tidak ada jarak antar keduanya. Meski guru juga tetap bersikap hati-hati dan tetap arif dalam menempatkan diri sebagai orang tua kedua siswa. Sebagai sosok yang mampu dipercaya atau amanah, seorang guru harus memberi materi pembelajaran secara benar. Sebab perkataan seorang guru ibarat senjata bagi siswa yang akan dibawanya sepanjang umur. Untuk menumbuhkan sikap saling percaya, guru harus menempatkan siswa sebagai sosok yang memiliki kemampuan.
 Tugas guru adalah menggali serta mengembangkan potensi itu agar menumbuhkan rasa percaya diri siswa. Menghargai kerja keras dalam proses belajar-mengajarnya dan siswa pun merasa dihargai dan dipercaya sehingga menimbulkan kepercayaan pada sosok gurunya. Adapun sikap yang dikembangkan berupa pemberian tanggung jawab, memperbaiki kesalahan siswa dan selalu menggali kemampuan yang dimiliki siswa dengan memperhatikan perbedaan kemampuan masing-masing siswanya.
Selain dapat dipercaya, guru juga sebagai motivator yaitu guru harus mampu membimbing dan memberi semangat siswa-siswinya dalam meraih sukses. Bersikap loyal dalam meningkatkan kualitas belajar siswanya, memaksimalkan strategi pembelajaran, menggunakan media dan sumber yang ada, serta mendorong siswa dalam semua kegiatan sehingga siswa lebih percaya diri dalam meraih asanya.
Dengan demikian sosok guru sebagai pembimbing dan motivator sangat berperan untuk kemajuan pendidikan, sikap memberi dan mendahulukan kepentingan siswa/ umum menjadi teladan dalam prilaku akan menjadikan panutan pengikut-pengikutnya atau siswa-siswi itu dengan sendirinya. Dalam pembelajaran di kelas jangan sungkan-sungkan memberikan pujian,penghargaan untuk merangsang kemajuan belajarnya sampai siswa itu benar-benar merasa berharga dan bermanfaat baik bagi dirinya maupun teman-temanya. Jika mereka melakukan kesalahan arahkan dengan bijak. Sebagai guru harus jeli, apa yang diinginkan anak didiknya dan tidak pelit terhadap nasehat. Tumbuhkan impian suksesnya dan kembangkan rasa percaya diri dan keberaniannya. Selain itu pemimpin yang hampir sempurna adalah pemimpin yang berkepribadian yang baik (akhlakhul karimah ) maka guru yang diharapkan adalah pribadi yang mampu mengenal dirinya sendiri karena dengan mengenal kekuranga-kekuranganya pasti kita akan mampu memperbaiki nya dan menyadarinya sehingga mau menerima masukan atau kritikan, terus belajar dan mengenal kelebihan dirinya dan mampu mentransperkan ilmunya kepada anak didiknya sehingga generasi kita akan lebih baik dan sukses karena guru telah mampu menyaring dan memberikan yang terbaik untuk kehidupanan masa depan siswa-siswinya. Menahan hawa nafsu juga tak kalah penting dalam mewujudkan guru yang berkepribadian baik, bersikap demokratis, tidak sewenang-wenang karena merasa lebih pintar, lebih tua, dan berpengalaman. Kadang-kadang guru tidak mau dikritik atau pun belajar.
Guru yang abadi adalah guru yang mampu diingat sepanjang masa oleh siswa-siwinya, diukir dalam sanubarinya sampai dia dewasa. Bila siswa-siswi kita selalu mengingat, meneladani dan melaksanakan petuah serta berhasil dalam akademik, berarti siswa itu sudah mengenang dan mengabadikan gurunya. pembelajaran yang dilakukuan dikelas semasa kecilnya terukir abadi di hatinya.sikap abadi ini menunjukan adanya penyatuan dari gabungan sikap-sikap yang telah diterimanya selama ini baik secara intelegensi atau pun emosinya.dengan demikian guru sebaiknya memilki 5 tahapan tersebut dan bila kita sudah mampu melakukanya insyaalah kita akan menjadi guru yang abadi dihati siswa-siswinya. Bila guru sudah mampu meraih kelima jenis tahapan kepemimpinan pendidikan tersebut maka guru tersebut akan mampu menciptakan generasi penerus yang sehat, berintelektual dan memiliki emosi yang baik sehingga prestasi akan mudah diraih karena pada dasarnya setiap anak memiliki kecerdasan dan kelebihan. Hanya saja guru sebaiknya dapat mengasah dan membantu mengembangkan kecerdasan yang dimilikinya sampai anak dapat meraih impian dan cita-citanya sesuai dengan perkembangannya.
Maka jadilah guru sebagai pemimpin pendidikan yang disukai, dipercaya, didengar bimbinganya, diteladani kepribadianya dan dikenang sepanjang nafasnya.


BAB III
KESIMPULAN
Surya juga menyebutkan lima unjuk kerja yang menjadi gambaran kualitas profesionalisme yang selayaknya dimiliki guru, yaitu:

1.      keinginan untuk selalu menampilkan perilaku yang mendekati standar ideal
2.       meningkatkan dan memelihara citra profesi
3.      keinginan untuk senantiasa mengejar kesempatan pengembangan profesional yang    
      dapat meningkatkan dan memperbaiki kualitas pengetahuan dan keterampilannya
4.      mengejar kualitas dan cita-cita dalam profesi
5.      memiliki kebanggaan terhadap profesinya. Kemampuan guru untuk mempengaruhi para siswa supaya melakukan pembelajaran dengan baik adalah suatu keharusan.

Oleh karenanya, guru profesional hendaklah selalu berupaya untuk meningkatkan kepemimpinannya dengan mengetahui tugas-tugas utama yang dilakukan pemimpin, fungsinya, dan keterampilan-keterampilan apa yang harus dimiliki untuk menjadi pemimpin yang baik. Dengan penguasaan hal-hal tersebut, diharapkan guru profesional dapat benar-benar memimpin siswa mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Menjadi pemimpin tidak hanya harus selalu berada di depan (front leader), bisa saja di tengah (social leader) maupun di belakang (rear leader).











DAFTAR PUSTAKA
Al Muchtar, S. (2001). Pendidikan dan Masalah Sosial Budaya. Bandung: Gelar
Pustaka Mandiri.
Soekanto, S. (2003). Sosiologi: Suatu Pengantar. Jakarta: PT RadjaGrafindo
Persada
Surya, M.. (2003). Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung: Yayasan
Bhakti Winaya.
internet web. Dean_wincester. kepemimpinan guru dalam pendidikan. pengarang indrayanto.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar