MAKALAH
PENGEMBANGAN
KEPRIBADIAN GURU
“Guru
Dan kepemimpinan “
tugas ini dibuat untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Pengembangan kepribadian guru yang berjudul “ Guru dan
kepemimpinan ”
Dibuat oleh kelompok
10 :
Yulia syarifah
1211202271
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2012
BAB I
PENDAHULUAN
Soekanto (2003:
hal. 288) mendefinisikan kepemimpinan sebagai “…kemampuan
seseorang (yaitu pemimpin atau leader)
untuk mempengaruhi orang lain (yaitu
yang dipimpin atau
pengikut-pengikutnya).
Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang mempengaruhi dan memotivasi orang
lain untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama. Kepemimpinan meliputi
proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku
pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan
budayanya. Fungsi pemimpin dalam suatu organisasi tidak dapat dibantah
merupakan sesuatu fungsi yang sangat penting bagi keberadaan dan kemajuan
organisasi yang bersangkutan.
Sedangkan guru yang profesional sebagai “guru
yangmemiliki keahlian, tanggung jawab, dan rasa kesejawatan.” Yang dimaksud
dengan ‘memiliki keahlian’ adalah memiliki kompetensi yang layak untuk menjadi
guru. Kompetensi di sini diartikan sebagai keseluruhan pengetahuan,sikap, dan
keterampilan yang diperlukan oleh seseorang dalam kaitan dengan tugas seorang
guru. Berkenaan dengan tanggung jawab, guru dalam menjalankan segala
aktivitasnya terutama aktivitas profesionalnya haruslah disertai rasa tanggung
jawab terhadap Allah SWT, bangsa dan negara, lembaga tempat mengabdi, organisasi
profesi, dan kode etik jabatannya. Adapun yang dimaksud dengan rasa kesejawatan
adalah satu perwujudan solidaritas kebersamaan sesama guru sebagai sumber
dinamika kebersamaan dalam mencapai tujuan bersama.
Untuk
itu, kami membuat makalah ini yang berjudul tentang “ GURU DAN KEPEMIMPINAN “ sebagai bahan ajar mata kuliah dan untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah pengembangan kepribadian guru. dan
Apabila ada penulisan yang kurang efektif mohon dosen bisa memaklumunya
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
Secara
luas definisi kepemimpinan dikemukakan oleh Yukl (1989:4-5). Ia menyatakan
bahwa kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan
organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi
untuk memperbaiki kelompok dan budayanya.
Surya (2003: 141) mendefinisikan guru
yang profesional sebagai “guru yang memiliki keahlian, tanggung jawab, dan rasa
kesejawatan.” Yang dimaksud dengan ‘memiliki keahlian’ adalah memiliki
kompetensi yang layak untuk menjadi guru. Kompetensi di sini diartikan sebagai
keseluruhan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan oleh seseorang
dalam kaitan dengan tugas seorang guru. Berkenaan dengan tanggung jawab, guru
dalam menjalankan segala aktivitasnya terutama aktivitas profesionalnya haruslah
disertai rasa tanggung jawab terhadap Allah SWT, bangsa dan negara, lembaga
tempat mengabdi, organisasi profesi, dan kode etik jabatannya. Adapun yang
dimaksud dengan rasa kesejawatan adalah satu perwujudan solidaritas kebersamaan
sesama guru sebagai sumber dinamika kebersamaan dalam mencapai tujuan bersama.
B.
FUNGSI KEPEMIMPINAN
Al Muchtar (2001:
hal. 252) menyebutkan sejumlah fungsi kepemimpinan, yakni: perencanaan,
pemikir, organisator, dinamisator, koordinator, pemegang amanah, pengawas,
penengah, pemersatu, pendidik, pembimbing, dan pelapor. Selanjutnya Al Muchtar
mengungkapkan bahwa untuk dapat menjalankan fungsi-fungsi tersebut, pemimpin
haruslah memiliki tiga keterampilan, yaitu:
1.
echnical skills (penguasaan organisasi mulai
dari prosedur kerja sampai evaluasi hasil
karya);
2.
conceptual skills (merumuskan gagasan atau
menjelaskan keadaan rumit ke dalam
bentuk yang mudah dipahami oleh anggota kelompoknya),
3.
human skills (hubungan sosial dan bekerja
sama, dan lain-lain.
Pemimpin dalam
melaksakan fungsi kepemimpinannya itu memiliki gayagaya tertentu. Gaya-gaya
tersebut biasanya khas dan dapat diklasifikasikan ke dalam tiga, yaitu:
otoriter, demokratis, dan laissez faire. Gaya kepemimpinan otoriter adalah
suatu gaya kepemimpinan dimana pemimpin merupakan penentu segala aktivitas
dalam kelompok termasuk standar-standarnya. Para anggota tidak diajak untuk
berpartisipasi dalam proses penentuan/pengambil keputusan tentang segala
sesuatu dalam organisasi. Gaya kepemimpinan demokratis menghendaki adanya
partisipasi aktif dari anggota-anggotanya dalam organisasi termasuk dalam
penentuan kebijakan yang diambil dalam organisasi. Sedangkan kepemimpinan
laissez faire bersifat pasif. Pemimpin menyerahkan sepenuhnya segala sesuatu
dalam organisasi pada para anggotanya termasuk dalam hal-hal yang bersifat strategi
seperti penentuan arah organisasi.
C.
GURU DAN KEPEMIMPINAN
Kepemimpinan guru dalam pendidikan amat
berpengaruh dalam menghasilkan out put yang berprestasi, baik akademik maupun
non akademik. Sekarang ini, kiprah guru sebagai teladan seolah luluh oleh
keegoisan anak didik, pengaruh kemajuan teknologi, dan juga keapatisan guru.
Andai kata setiap
guru menjalankan lima jenis kepemimpinan dalam pendidikan, maka guru akan
menjadi pahlawan abadi di hati anak didik. Lima hal yang
harus dimiliki guru sebagai pemimpin pendidikan yaitu :
1.
menjadi
pemimpin yang disukai,
2.
dipercaya,
3.
mampu
membimbing,
4.
berkepribadian,
5.
serta abadi
sepanjang zaman.
Ki Hajar Dewantara merupakan salah satu
contoh sosok yang berdedikasi sebagai guru, pendidik, pembimbing dan pejuang
yang hingga hari ini terus terpatri dan abadi di masyarakat Indonesia. Sebagai sosok yang disukai dan menyukai siswa, seorang guru secara
fisik hendaknya bisa menyenangkan hati siswa. Ini bisa
dimulai dari cara berpakaian, berbicara, dan tidak pelit bercanda ria. Kadang
juga perlu bagi seorang guru untuk berbagi cerita dengan siswa sehingga tidak
ada jarak antar keduanya. Meski guru juga tetap bersikap hati-hati dan tetap
arif dalam menempatkan diri sebagai orang tua kedua siswa. Sebagai sosok
yang mampu dipercaya atau amanah, seorang guru harus memberi materi
pembelajaran secara benar. Sebab perkataan seorang guru ibarat senjata bagi
siswa yang akan dibawanya sepanjang umur. Untuk menumbuhkan sikap saling
percaya, guru harus menempatkan siswa sebagai sosok yang memiliki kemampuan.
Tugas guru adalah menggali serta mengembangkan
potensi itu agar menumbuhkan rasa percaya diri siswa. Menghargai
kerja keras dalam proses belajar-mengajarnya dan siswa pun merasa dihargai dan
dipercaya sehingga menimbulkan kepercayaan pada sosok gurunya. Adapun sikap
yang dikembangkan berupa pemberian tanggung jawab, memperbaiki kesalahan siswa
dan selalu menggali kemampuan yang dimiliki siswa dengan memperhatikan
perbedaan kemampuan masing-masing siswanya.
Selain dapat dipercaya, guru juga sebagai motivator yaitu guru harus mampu membimbing dan memberi semangat siswa-siswinya dalam meraih sukses. Bersikap loyal dalam meningkatkan kualitas belajar siswanya, memaksimalkan strategi pembelajaran, menggunakan media dan sumber yang ada, serta mendorong siswa dalam semua kegiatan sehingga siswa lebih percaya diri dalam meraih asanya. Dengan demikian sosok guru sebagai pembimbing dan motivator sangat berperan untuk kemajuan pendidikan, sikap memberi dan mendahulukan kepentingan siswa/ umum menjadi teladan dalam prilaku akan menjadikan panutan pengikut-pengikutnya atau siswa-siswi itu dengan sendirinya. Dalam pembelajaran di kelas jangan sungkan-sungkan memberikan pujian,penghargaan untuk merangsang kemajuan belajarnya sampai siswa itu benar-benar merasa berharga dan bermanfaat baik bagi dirinya maupun teman-temanya. Jika mereka melakukan kesalahan arahkan dengan bijak. Sebagai guru harus jeli, apa yang diinginkan anak didiknya dan tidak pelit terhadap nasehat. Tumbuhkan impian suksesnya dan kembangkan rasa percaya diri dan keberaniannya. Selain itu pemimpin yang hampir sempurna adalah pemimpin yang berkepribadian yang baik (akhlakhul karimah ) maka guru yang diharapkan adalah pribadi yang mampu mengenal dirinya sendiri karena dengan mengenal kekuranga-kekuranganya pasti kita akan mampu memperbaiki nya dan menyadarinya sehingga mau menerima masukan atau kritikan, terus belajar dan mengenal kelebihan dirinya dan mampu mentransperkan ilmunya kepada anak didiknya sehingga generasi kita akan lebih baik dan sukses karena guru telah mampu menyaring dan memberikan yang terbaik untuk kehidupanan masa depan siswa-siswinya. Menahan hawa nafsu juga tak kalah penting dalam mewujudkan guru yang berkepribadian baik, bersikap demokratis, tidak sewenang-wenang karena merasa lebih pintar, lebih tua, dan berpengalaman. Kadang-kadang guru tidak mau dikritik atau pun belajar.
Selain dapat dipercaya, guru juga sebagai motivator yaitu guru harus mampu membimbing dan memberi semangat siswa-siswinya dalam meraih sukses. Bersikap loyal dalam meningkatkan kualitas belajar siswanya, memaksimalkan strategi pembelajaran, menggunakan media dan sumber yang ada, serta mendorong siswa dalam semua kegiatan sehingga siswa lebih percaya diri dalam meraih asanya. Dengan demikian sosok guru sebagai pembimbing dan motivator sangat berperan untuk kemajuan pendidikan, sikap memberi dan mendahulukan kepentingan siswa/ umum menjadi teladan dalam prilaku akan menjadikan panutan pengikut-pengikutnya atau siswa-siswi itu dengan sendirinya. Dalam pembelajaran di kelas jangan sungkan-sungkan memberikan pujian,penghargaan untuk merangsang kemajuan belajarnya sampai siswa itu benar-benar merasa berharga dan bermanfaat baik bagi dirinya maupun teman-temanya. Jika mereka melakukan kesalahan arahkan dengan bijak. Sebagai guru harus jeli, apa yang diinginkan anak didiknya dan tidak pelit terhadap nasehat. Tumbuhkan impian suksesnya dan kembangkan rasa percaya diri dan keberaniannya. Selain itu pemimpin yang hampir sempurna adalah pemimpin yang berkepribadian yang baik (akhlakhul karimah ) maka guru yang diharapkan adalah pribadi yang mampu mengenal dirinya sendiri karena dengan mengenal kekuranga-kekuranganya pasti kita akan mampu memperbaiki nya dan menyadarinya sehingga mau menerima masukan atau kritikan, terus belajar dan mengenal kelebihan dirinya dan mampu mentransperkan ilmunya kepada anak didiknya sehingga generasi kita akan lebih baik dan sukses karena guru telah mampu menyaring dan memberikan yang terbaik untuk kehidupanan masa depan siswa-siswinya. Menahan hawa nafsu juga tak kalah penting dalam mewujudkan guru yang berkepribadian baik, bersikap demokratis, tidak sewenang-wenang karena merasa lebih pintar, lebih tua, dan berpengalaman. Kadang-kadang guru tidak mau dikritik atau pun belajar.
Guru yang abadi adalah guru yang mampu
diingat sepanjang masa oleh siswa-siwinya, diukir dalam sanubarinya sampai dia
dewasa. Bila siswa-siswi kita selalu mengingat, meneladani dan melaksanakan
petuah serta berhasil dalam akademik, berarti siswa itu sudah mengenang dan
mengabadikan gurunya. pembelajaran yang dilakukuan dikelas semasa kecilnya
terukir abadi di hatinya.sikap abadi ini menunjukan adanya penyatuan dari
gabungan sikap-sikap yang telah diterimanya selama ini baik secara intelegensi
atau pun emosinya.dengan demikian guru sebaiknya memilki 5 tahapan tersebut dan
bila kita sudah mampu melakukanya insyaalah kita akan menjadi guru yang abadi
dihati siswa-siswinya. Bila guru sudah mampu meraih kelima
jenis tahapan kepemimpinan pendidikan tersebut maka guru tersebut akan mampu
menciptakan generasi penerus yang sehat, berintelektual dan memiliki emosi yang
baik sehingga prestasi akan mudah diraih karena pada dasarnya setiap anak
memiliki kecerdasan dan kelebihan. Hanya saja guru
sebaiknya dapat mengasah dan membantu mengembangkan kecerdasan yang dimilikinya
sampai anak dapat meraih impian dan cita-citanya sesuai dengan perkembangannya.
Maka jadilah guru
sebagai pemimpin pendidikan yang disukai, dipercaya, didengar bimbinganya,
diteladani kepribadianya dan dikenang sepanjang nafasnya.
BAB III
KESIMPULAN
Surya juga menyebutkan lima unjuk
kerja yang menjadi gambaran kualitas profesionalisme yang selayaknya
dimiliki guru, yaitu:
1. keinginan
untuk selalu menampilkan perilaku yang mendekati standar ideal
2.
meningkatkan dan memelihara citra profesi
3. keinginan
untuk senantiasa mengejar kesempatan pengembangan profesional yang
dapat meningkatkan dan memperbaiki kualitas pengetahuan dan
keterampilannya
4. mengejar
kualitas dan cita-cita dalam profesi
5. memiliki
kebanggaan terhadap profesinya. Kemampuan guru untuk mempengaruhi para siswa
supaya melakukan pembelajaran dengan baik adalah suatu keharusan.
Oleh karenanya, guru profesional
hendaklah selalu berupaya untuk meningkatkan kepemimpinannya dengan mengetahui
tugas-tugas utama yang dilakukan pemimpin, fungsinya, dan keterampilan-keterampilan
apa yang harus dimiliki untuk menjadi pemimpin yang baik. Dengan penguasaan
hal-hal tersebut, diharapkan guru profesional dapat benar-benar memimpin siswa
mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Menjadi pemimpin tidak hanya harus selalu
berada di depan (front leader), bisa saja di tengah (social leader)
maupun di belakang (rear leader).
DAFTAR PUSTAKA
Al Muchtar, S. (2001). Pendidikan dan
Masalah Sosial Budaya. Bandung: Gelar
Pustaka Mandiri.
Soekanto, S. (2003). Sosiologi: Suatu
Pengantar. Jakarta: PT RadjaGrafindo
Persada
Surya, M.. (2003). Psikologi
Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung: Yayasan
Bhakti Winaya.
internet web. Dean_wincester. kepemimpinan
guru dalam pendidikan. pengarang indrayanto.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar