BAB I
PENDAHULUAN
Dalam sejarah kehidupan manusia,
telah muncul konsepsi tentang kepemimpinan. Bagaiman Nabi Adam memimpin Hawa
dan keturunanya di dunia. Begitu juga sejak awal munculanya agama islam, Nabi Muhammad
selain sebagai seorang utusan rosul yang
menyampaikan ajaran-ajaran agama islam tetapi juga seorang kepala negara dan
kepala rumah tangga. paling tidak dalam catatan sejarah kenabian yang
terdokumentasi dalam hadits-hadits yang tetap terjaga dan masih bisa digunankan
sampai saat ini, Nabi memberikan contoh bagaimana seorang pemimpin
menyelesaikan persoalan-persoalan pribadi maupun sosial kemasyarakatan
berdasarkan musyawarah untuk tercapainya kemaslahatan.
“sesungguhnya
allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepad kaum
kerabat, dan allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan bermusuhan.
Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.”
(QS.an-nahal : 90)
Berdasarkan ayat
diatas telah di jelaskan bahwa konsepsi kepemimpinan diakui oleh islam yang
dimenifestasikan dalam ayat ayat alquran. Untuk lebih mendalami hal tersebut
dalam makalah ini akan sedikit di bahas beberapa hadits yang tertuang dalam
kitab Riyadhus Shalihin karya Imam nawawi dan buku Al-hadits karangan
Prof.DR.H. rahmat syafe’i, M.A
Untuk itu, kami membuat makalah ini yang berjudul tentang “tanggung jawab
kepemimpinan “ sebagai bahan ajar mata kuliah dan untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah hadits I dan pembelajarannya. dan Apabila ada penulisan yang kurang efektif
mohon dosen bisa memaklumunya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
SETIAP MUSLIM PEMIMPIN (LM: 1199)
a.
Pengertian
Islam
menetapkan tujuan dan tugas utama pemimpin adalah untuk melaksanakan ketaatan
kepada allah dan rosul-nya serta melaksanakan perintah perintahnya. Ibnu tamyah
mengungkapkan bahwa kewajiban seorang pemimpin yang telah ditunjuk dipandang dari segi agama dan dari segi
ibadah adalah untuk mendekatkan diri kepada allah. Pendekatan diri kepada allah
adalah dengan mentaati pelaturan pelaturannya dan rosul-nya. Namun hal itu
sering di salah gunakan oleh orang orang yang ingin mencapai kedudukan dan
harta. Dalam hadits imam bukhori dalam
kitab “budak”, bab: “ dibencinya memperpanjang perbudakan” dikatakan sebagai
berikut :
عَبْدُ اللهِ بْن عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ ان رسول الله صلعم كلكم راع وكلكم مسؤل عن رعيته فالأمير الذي على الناس راع وهو مسؤل عنهم وَالرَّجُلُ رَاعِ
على أَهْلِ بيته وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهم وَالْمَرْأَةُ
رَاعِيَةٌ على بَيْتِ بعلها وولده وهي وَمَسْئُولَةٌ عَنْهم والبعد راع على مال سَيِّدِهِ
وهو وَمَسْئُولٌ عَنْه. الا فكُلُّكُمْ رَاعٍ وكلكم مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِه (
أخرجه البخاري فى : - كتاب العتق: :با ب كراهية التطاول على الفيق)
Artinya :
Dari Ibn Umar r.a. Berkata bahwa
Rasulullah Saw. Telah bersabda :”Kalian semuanya adalah pemimpin (pemelihar)
dan bertanggung jawaban terhadap
rakyatnya. pemimpin akan ditanya tentang rakyat yang dipimpinnya. Suami
pemimpin keluargnya dan akan di tanya tentang keluarga yang dipimpinnya. Istri
memelihara rumah suami dan anak-anaknya dan akan di tanya tentang hal yang
dipimpinnya. Seorang hamba (buruh) memelihara harta majikannya dan akan ditanya
tentang pemeliharaannya. Camkanlah bahwa kalian semua pemimpin dan akan
dituntut ( diminta pertanggung jawaban ) tentang hal yang dipimpinnya.”
Pemimpin atau
pemelihara dalam hadis di atas disebut dengan kata “ra’in” adalah pemelihara
yang selalu berusaha untuk menciptakan kemaslahatan bagi setiap anggota yang
berada dalam pemeliharaannya. Ia adalah orang yang diberikan kepercayaan untuk
mengurus dan memelihara segala sesuatu yang menjadi beban atau tugas yang harus
dilaksanakannya (ra’iyyah). Seorang pemimpin didaulat penuh oleh rakyat untuk
mengemban amanah sebaik-baiknya. Oleh karena itu, seorang pemimpin harus
senantiasa menegakkan supremasi hukum dengan adil dan bijaksana, memberikan
hak-hak rakyat, menjamin kemerdekaan berpendapat, berserikat, menjalankan
ibadah menurut keyakinan mereka masing-masing. Mereka juga harus mendukung
setiap langkah yang positif untuk membangun bangsa yang beradab, adil, dan
sejahtera.
b.
Agar kepemimpinannya sukses harus memiliki
beberapa modal sebagai bekalnya.
Di antaranya :
1. seorang pemimpin harus memiliki jiwa kepemimpinan.
2. Pemimpin itu harus kaya ide,
3. semangat tinggi untuk mewujudkan idenya itu,
4. sabar,
5. ikhlas,
6. suka berkorban dan tentu saja memiliki pengetahuan yang cukup
tentang seluk beluk komunitas yang dipimpinnya.
Hal yang paling mendasar yang dapat diambil
dari hadis diatas adalah bahwa dalam level apapun, manusia adalah pemimpin
termasuk bagi dirinya sendiri. Setiap perbuatan dan tindakan memiliki resiko yang harus
dipertanggungjawabkan. Setiap orang adalah pemimpin meskipun pada saat yang
sama setiap orang membutuhkan pemimpin ketika ia harus berhadapan untuk menciptakan
solusi hidup di mana kemampuan, keahlian, dan kekuatannya dibatasi oleh yang ia
ciptakan sendiri dalam posisinya sebagai bagian dari komunitas.
Dengan demikian, setiap orang
islam harus berusaha untuk menjadi pemimpin yang paling baik dan segala
tindakannya tanpa di dasari kepentingan pribadi atau kepentingan golongan
tertentu. Akan tetapi pemimpin yang adil dan betul-betul memperhatikan dan
berbuat sesuai dengan aspirasi rakyatnya, sebagai mana di perintahkan oleh
allah SWT. Dalam Al-quran :
ان
الله يأ مر با لعدل والاحسان ( النحل : )
Artinya : “ sesungguhnya allah
menyuruh berlaku adil dan berbuat baik “.
Ayat di atas jelas selas sekali
memerintahkan untuk berbuat adil kepada setiap pemimpin apa saja dan di mana
saja. Begitu pula dengan para suami, istri, pengembala, dan siapa saja yang
memiliki tanggung jawab dalam memimpin harus berusaha untuk berlaku adil dalam
memimpinnya sehingga ia dapat kemulian sebagai mana janji allah SWT.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمْ اللَّهُ فِي ظِلِّهِ
يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ الْإِمَامُ الْعَادِلُ وَشَابٌّ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ
رَبِّهِ وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللَّهِ
اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ وَرَجُلٌ طَلَبَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ
وَجَمَالٍ فَقَالَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ أَخْفَى حَتَّى لَا تَعْلَمَ
شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللَّهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ
Artinya : “Dari Abu Hurairah ra., dari
Nabi Saw., beliau bersabda : “Ada tujuh golongan yang akan mendapat naungan
Allah pada hari yang tiada naungan kecuali naungan-Nya, yaitu : Pemimpin yang
adil, Pemuda yang senantiasa beribadah kepada Allah Ta’ala, Seseorang yang hatinya
senantiasa digantungkan (dipertautkan)” dengan masjid, Dua orang saling
mencintai karena Allah, yang keduanya berkumpul dan berpisah karena-Nya.
Seorang laki-laki yang ketika diajak [dirayu] oleh seorang wanita bangsawan
yang cantik lalu ia menjawab :”Sesungguhnya saya takut kepada Allah.”Seorang
yang mengeluarkan sedekah sedang ia merahasiakanny, sampai-sampai tangan
kirinya tidak mengetahui apa yang diberikan oleh tangan kanannya dan seseorang
yang mengingat Allah di tempat yang sepi sampai meneteskan air mata.”
Yang
disebutkan dalam salah satu hadist nabi muhammad SAW bahwa para pemimpin yang
adil ialah termasuk salah satu golongan dari tujuh golongan yang akan
memperoleh naungan, kecuali arasy di hari kiamat, yakni pada hari yang tidak
ada naungan kecuali atas izin allah SWT. Dengan demikian, kebahagian dan pahala
yang besar menunggu para pemimpin yang adil, baik di dunia dan terutama kelak
di akhirat. Sebagaimana dinyatakan dalam
sebuah hadits:
وعنبدالله
بن عمروبن العاص رضى الله عنه قال : قالرسول الله صلعم : ان المقسطين عند الله على
منا بر من نور الذ ين يعد لون فى حكمهم فى اهلهم و ما ولوا ( رواه مسلم )
Artinya : “Abdullah ibnu al-umru
al-ash berkata, rasullullah SAW. Bersabda, “ sesungguhnya orang orang yang
berlaku adil, kelak disisi allah ditempatkan diatas mimbar dari cahaya yaitu
yang adil dalam hukum terhadap keluarga dan apa saja yang diserahkan
(dikuasakan) mereka”.
Sebaliknya , para pemimpin yang tidak
adil akan memperoleh kehancuran dan ketidak tertiban di dunia dan baginya siksa
yang berat diakhirat kelak, apabila di dunia luput, ia tidak luput dari siksaan akhirat. Oleh karena itu,
tepat sekali apa yang dicantumkan dalam sebuah kaidah fiqh: “Kebijakan seorang
imam harus berdasarkan pada kemaslahatan masyarakatnya.”
B.
PEMIMPIN PELAYANAN MASYARAKAT
Seorang pemimpin yang memiliki
hati yang melayani adalah akuntabilitas (accountable). Istilah akuntabilitas
adalah berarti penuh tanggung jawab dan dapat diandalkan. Artinya seluruh
perkataan, pikiran dan tindakannya dapat dipertanggungjawabkan kepada publik
dan kepada Allah kelak di akhirat nanti.
Pemimpin yang melayani adalah
pemimpin yang mau mendengar. Mau mendengar setiap kebutuhan, impian, dan
harapan dari mereka yang dipimpin. Pemimpin yang melayani adalah pemimpin yang
dapat mengendalikam ego dan kepentingan pribadinya melebihi kepentingan publik
atau mereka yang dipimpinnya. Mengendalikan ego berarti dapat mengendalikan
diri ketika tekanan maupun tantangan yang dihadapi menjadi begitu berat,selalu
dalam keadaan tenang, penuh pengendalian diri, dan tidak mudah emosi. Oleh
karena itu pemimpin mempunyi tanggung jawab yang sangat besar bagi bangsa
ataupun organisasinya yang dipimpin baik itu di dunia ataupun di akhirat nanti.
Semua dalil itu patut menjadi perhatian bagi kita terutama pemimpin umat islam
dan para penguasa yang ingin selamat dari siksa neraka. diantaranya hadits yang
menyebutkan ancaman bagi pemimpin yang tidak bertanggungjawab adalah
sebagaimana disebutkan berikut :
عن الحسنٲن عبيد الله بن زياد عاد معقل
بن يسار فى مرضه الذي مات فيه فقل له معقل
: ٳني محد ثك حديثا سمعته من رسول الله صلى الله عليه وسلم سمعت النبي صلى الله
عليه وسلم يقول مامن الترعاه الله رعية فلم يحطها بنصيحة ٳلا لم يجد را ئحة الجنه. ( رواه البخار و مسلم)
Artinya :
“Dari Al-Hasan,
bahwa Ubaidillah bin Ziyad menjenguk maq’il berkata kepada Ubaidillah bin Ziyad
: Sesungguhnya saya akan menyampaikan kepadamu suatu hadits yang saya dengar
dari Rosululloh SAW. Saya mendengar Nabi SAW. Bersabda : "Tiada seorang hamba
yang diberi amanat rakyat oleh Allah SWT. Lalu ia tidak memeliharanya denga
baik, melainkan Allah tidak akan merasakan padanya harum surga (tidak
mendapatkan surga)". (HR. Bukhari dan Muslim)
عن عبد الله بن عمر رضى الله عنهما ان رسول
الله صلى الله عليه وسلم كان يقولثلاثة لايقبل الله منهم صلاة من تقدم قوما وهم له
كارهون ورجل اتى الصلاة دبار والد بارأن يأ تيها بعد ان تفوته ورجل اعتبد محرره
(رواه أبوداود وابنماجه)
Artinya:
“Dari Abdullah bin Umar r.a, sesungguhnya Rosulullah SAW. Pernah
bersabda: ‘ada tiga macam orang yang Allah tidak akan menerima Sholatnya, yaitu
orang yang memimpin suatu kaum (masyarakat), sedangkan mereka benci
terhadapnya, dan orang yang mendatangi shalat dalam keadaan terlambat (orang
yang mengerjakan salat setelah lewat waktunya) dan orang yang memperbudak orang
yang sudah dia merdekakan”.(Diriwayatkan oleh abu Dawud dan Ibnu Majah)
عن أبى أمامة رضى الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ثلاثة لاتجاوزصلاتهم اذا نهم العبد
الابق حتى يرجع, كارهون له وهم قوم وامام ساخط عليها وزوجها باتت وزوجة (
رواه الترمذى)
Artinya:
“Dari Abu Umamah r.a, beliau berkata: Rosulullah saw. Bersabda: ‘Ada
tiga macam orang yang shalatnya tidak akan melampaui telinganya, yaitu: Hamba
yang lari dari tuannya, sehingga dia kembali, istri yang tidur, sedangkan
suaminya marah kepadanya (karena tidak melayaninya), dan pemimpin suatu kaum,
sedangkan mereka (kaumnya) itu benci kepadanya”. (Diriwayatkan oleh
At-Tirmidzi)
Dalam hadits-hadits tersebut dijelaskan
nasib yang akan dialami oleh para pemimpin yang tidak bertanggung jawab :
1. Mereka tidak akan diterima
shalatnya oleh Allah.
2. Mereka tidak akan masuk
surga, bahkan tidak akan mencium bau surga itu.
3. Dalam hadits tersebut juga
tersirat pengertian bahwa pemimpin yang tidak bertanggungjawab itu diancam 2
kali lipat siksaan rakyat yang mereka pimpin.
C. BATASAN KETAATAN KEPADA PEMIMPIN
Sebagai umat islam kita wajib dan harus
memtaati pemimpin karena ”barang siapa yang taat kepada pemimpin berarti dia
taat kepada Rosulullah” seperti yang terkandung dalam Hadits yang diriwayatkan
oleh Bukhari dan Muslim :
من أطاعنى فقد أطاع الله ومن عصانى فقد
عصى الله ومن يطع الأمير فقد أطاعنى ومن يعص الأمير فقد عصانى (رواه متفق)
Artinya :
“Siapa yang taat kepadaku, berarti ia taat kepada Allah, dan siapa yang
durhaka kepadaku, maka berarti ia durhaka kepada Allah. Dan Siapa yang taat
kepada amir (pemimpin), berarti ia taat kepadaku, dan siapa yang durhaka kepada
Amir, berarti ia durhaka kepadaku”. (HR. Muttafaq Alaih)
Akan tetapi kita harus bisa membedakan perintah yang baik atau yang
mengarah kepada kemaksiatan sebab mentaati pemimpin itu ada batasannya sesuai
hadits berikut ini Sabda Rosulullah SAW :
بد الله بن عمر رضي الله عنهما, عن النبي
صلى الله عليه وسلم قال : السمع والطاعة على المرإ المسلم فيما أحب وكره, مالم يؤمر
بمعصية, فإ ذا أمر بمعصية فلا سمع ولاطاعة. (رواه البخار و مسلم))
Artinya:
“Abdullah bin Umar r.a berkata : Nabi SAW. bersabda : "Mendengar dan
taat itu wajib bagi seseorang dalam apa yang ia suka atau benci, selama ia
tidak diperintah berbuat maksiat, maka jika diperintah berbuat maksiat maka
tidak wajib mendengar dan wajib taat". (HR. Buhkari dan Muslim)
Berdasarkan hadits di atas Nabi Muhammad saw. berpesan agar setiap
muslim hendaknya mendengar dan mematuhi keputusan, kebijakan dan
perundang-undangan yang telah ditetapkan oleh para pemimpin, baik itu
menyenangkan ataupun tidak menyenangkan bagi dirinya. Selama peraturan tersebut
tidak bertentangan dengan perintah Allah dan Rosul-Nya.
Sebab kunci dari keberhasilan suatu negara atau organisasi diantaranya
terletak pada ketaatan para warga atau pengikutnya dan pemimpinnya kepada
Allah.
Dan apabila kaum muslimin tidak mau mendengar dan tidak mau mematuhi
serta tidak memiliki rasa tanggung jawab terhadap segala sesuatu yang terjadi
di Negara atupun di organisasi tempat ia tinggal, maka kehancuranlah yang akan
terjadi dan sekaligus menjadi bencana bagi umat islam.
Apabila pemimpin memerintahkan sesuatu yang bertentangan dengan ajaran
Allah dan Rosul-Nya, maka kita tidak boleh mentaati perintahnya. kepatuhan
terhadap pemimpin mempunyai batasan tertentu yakni selama memimpin dan
mengarahkan kepada hal-hal yang positif dan tidak menuju ke jalan kemaksiatan
maka kita wajib mematuhi perintahnya, begitu pula sebaliknya. Misalnya,
pemimpinitu melarang wanita muslim mengenakan jilbab; pemimpin yang menyuruh
untuk melakukan perjudian dan masih banyak contoh yang lain.
Kriteria-kriteria pemimpin yang wajib kita
taati :
1. Islam
2. Mengikuti
perintah-perintah Allah dsan Rosul-Nya
3. Menyuruh berbuat baik dan mencegah berbuat
munkar
4. Lebih mementingkan
kepentingan umat daripada kepentingan pribadi
5. Tidak mendzalimi umat
Islam
6. Memberikan teladan dalam
beribadah
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Bahwa
setiap manusia adalah pemimpin dan setiap pemimpin pasti akan dimintai
pertanggungjawabannya tentang apa yang telah mereka pimpin sesuai tingkat
kepemimpinannya itu. Kata pemimpin, dalam hal ini bukan hanya berarti kepala
negara melainkan bersifat umum.
Kepemimpinan serta kekuasaan memiliki
keterikatan yang tak dapat dipisahkan. Karena untuk menjadi pemimpin bukan
hanya berdasarkan suka satu sama lainnya, tetapi banyak faktor. Pemimpin yang
berhasil hendaknya memiliki beberapa kriteria yang tergantung pada sudut pandang
atau pendekatan yang digunakan, apakah itu kepribadiannya, keterampilan, bakat,
sifat – sifatnya, atau kewenangannya yang dimiliki yang mana nantinya sangat
berpengaruh terhadap teori maupun gaya kepemimpinan yang akan diterapkan.
Rahasia
utama pemimpin adalah kekuatan terbesar seorang pemimpin bukan dari
kekuasaanya, bukan kecerdasannya, tapi dari kekuatan pribadinya. Seorang
pemimpin sejati selalu bekerja keras memperbaiki dirinya sebelum sibuk
memperbaiki orang lain.
Pemimpin bukan sekedar gelar atau
jabatan yang diberikan dari luar melainkan sesuatu yang tumbuh dan berkembang
dari dalam diri seseorang. Kepemimpinan lahir dari proses internal (leadership
from the inside out).
Dapat kita
simpulkan bahwa setiap muslim adalah pemimpim :
1. Seluruh manusia menjadi
pemimpin sekaligus menjadi pemelihara dan pengurus terhadap apa yang menjadi
tanggung jawabnya.
2. Pemimpin atau pengurus
harus berbuat baik kepada apa yang dipimpinnya atau diurusinya, karena semuanya
itu akan diminta pertanggungjawabnya di hadapan Allah.
3. Pemimpin atau penguasa adalah pemelihara umat yang harus dengan
jujur melaksanakan amanah dan tuntutan rakyatnya untuk menciptakan
kesejahteraan di segala bidang. Ia akan mempertanggungjawabkan semua kebijakan
yang ditempuhnya sewaktu di dunia menyangkut persoalan umat. Apabila adil,
jujur, dan benar, maka Allah merahmatinya, tetapi bila dzalim dan
menyelewengkan kekuasaannya, maka Allah akan melaknatnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ibrohim, Drs.T. 2006.Pemahaman Al-Qur’an dan Hadis. Solo :
Tiga Serangkai.
Suparta, Drs.H.M. dkk. 2004. Buku Pelajaran Qur’an dan
Hadits 3. Jakarta : Listafariska Putra.
Muhammad, Abubakar. 1997. Hadis
Tarbawi III. Surabaya : Abditama.
Rahmat syafe’i, Prof.DR.H. Buku
AL-HADIS, Aqidah, Akhlak, Sosial, dan Hukum : pustaka setia.
Tanggung Jawab Seorang Pemimpin Oleh : Dr. KH. Zakky Mubarak, MA (situs
websate MUI).
MAKALAH
HADITS I DAN PEMBELAJARANNYA
“ Tanggungjawab Kepemimpinan “
Makalah ini dibuat
sebagai bahan ajar dan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah hadits I dan
pembelajarannya
Dibuat
oleh :
Yulia syarifah
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG
DJATI
BANDUNG 2012